
Suatu sore yang kering dan hening
seorang pimpinan perusahaan terkenal merasakan suasana
hatinya yang begitu hambar. Tak tahu apa yang dikerjakan agar suasana hatinya
berubah. Dan ia mulai menerka apakah ini yang dimaksud dengan kekerasan hati,
kekosongan jiwa serta mati rasa, padahal ia dulu berada pada ekonomi yang
sangat rendah, di posisi yang di olok-olokan oleh sekitarnya. Dan sekarang ia
kaya-raya dengan mobil beserta penjaga dan rumah yang nyaman dan ia mulai
merenung.
Memang dulu ia seorang Office Boy
yang mengantarkan minuman, makanan serta keperluan lainnya kepada pegawai di
kantor tersebut. Bekerja bak pembantu diperusahaan tersebut tak membuat
semangatnya untuk terus belajar dan mengambil manfaat dari setiap kegiatan yang
dilaluinya, mulailah pemuda yang hanya lulus SMA ini beraksi. Jika ada seminar
atau pelatihan yang diadakan di perusahaan tersebut ia berdiri di samping pintu
masuk dan mencuri-curi dengar terhadap materi yang diberikan dan mencatatnya,
ketika pintu terbuka maka dengan sigap ia menoleh dan mendengar dengan lebih
jelas hingga pada saat bossnya melihat ia dipersilahkan masuk dan duduk manis di
kursi paling akhir.
Tak cukup dengan itu, jika ada
kesempatan disela-sela kerja sebagai OB, ia melihat kepada karyawan yang
pekerjaannya paling banyak dan mendekati karyawan tersebut seraya berkata “apa
yang bisa saya bantu..??” spontan sang karyawan terkejut dan memberikan
sebagian tugasnya kepada pemuda tersebut.