Friday 24 September 2010

Niatkanlah karena Allah..

“Akhi... bumi itu luas dan lautan itu dalam, namun jauh lebih luas dan dalam lagi ilmu Allah. Maka jangan pikirkan dimana engkau akan menuntut ilmu, tapi atas niat apa engkau menuntut ilmu itu. Menuntut ilmu itu bukan masalah di luar negeri atau tidak, di universitas bergengsi atau bukan... apalagi karena ingin jalan-jalan... tapi bagaimana dengan ilmu yang antum miliki nantinya antum bermanfaat bagi orang banyak, bagi negara ini, dan bagi dakwah akhi. Sudah banyak contohnya bukan, sosok-sosok luar biasa yang mampu menggoreskan sejarah dunia secara gilang gemilang meski mereka bukan lulusan universitas ternama. Bahkan Tafsir Fii Zilalil Qur’an-nya Sayid Quthb yang mahsyur itu, atau Tafsir Al Azhar-nya Hamka yang terkenal itu dilahirkan saat mereka berada dalam tahanan penjara, yang kalau secara logika tentunya akan sangat sulit mendapatkan referensi dari dunia luar. Tapi antum jangan lupa akhi... bahwa ilmu itu milik Allah. Ia-lah referensi terbaik. …Maka niatkanlah karena Allah. Insya Allah, Allah akan memudahkan bagi antum hal-hal yang bahkan tak akan pernah antum bayangkan bisa antum lakukan...”


Terima kasih pada akh Danang A. Prabowo atas postingannya, mohon izin untuk di paste di sini, semoga diri ini selalu memperbaiki niat dalam memulai aktifitas..

Bersihkan niat dalam menuntut ilmu..

Saya teringat dengan perkataan Imam Syafi’I yang mengadukan kesusahannya dalam menghafal. Dan inilah nasihat yang menyejukkan hati dari sang guru, bahwa dalam menuntut ilmu hendaklah meninggalkan maksiat. Ketahuilah ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak diberikan kepada orang yg melakukan maksiat. Alhamdulillah, nasihat ini begitu berharga. Saya akan mencoba untuk bisa menjauhkan diri dari maksiat agar cahaya ilmu itu datang. Begitu juga, hendaklah kita niat menuntut ilmu ikhlas karena Allah, agar Allah berkenan memberikan taufik dan pahala. Karena ilmu termasuk ibadah agung dan utama. Hm, baiklah, dengan mengucapkan basmalah, saya ingin meluruskan niat lagi dan mulai belajar, sekarang! Iya, sekarang, yuk!

paragraf diatas adalah aku ambil dari salah satu blog yang aku baca. diri ini ingin menjambuk hati ini yang kadang lalai ataupun hilang tujuan dari menuntut ilmu, semoga dengan diposting disini, diri ini jadi lebih menemukan arti dari menuntut ilmu..

Wednesday 8 September 2010

Ka’bah Menggetarkan Hati Ratusan Pekerja Cina

dakwatuna.com – Mekah. Hidayat bisa datang dari cara yang tak pernah diduga. Mungkin itu pula yang dialami ratusan pekerja Cina di Arab Saudi yang kemudian memilih Islam sebagai agamanya yang baru.

Setelah melihat Ka’bah dari televisi, tiba-tiba hati mereka bergetar. Pintu hidayah seakan terbuka. Dan Allah SWT pun melapangkan jalan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari 600 pekerja asal Cina berpaling menjadi Muslim setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Arab Saudi.

Mereka adalah bagian dari 4.600 warga Cina yang sedang mengerjakan proyek rel kereta api yang menghubungkan Makkah dan Madinah. Rel kereta itu nantinya akan melalui Jeddah dan Khum. Peristiwa yang sempat menghebohkan itu terjadi tahun lalu.

Awalnya, kedatangan ribuan pekerja Cina itu sempat dipertanyakan warga Arab Saudi. Pasalnya dari 4.600 pekerja itu hanya 370 orang yang Muslim. Warga meminta agar pemerintah mempekerjakan buruh Cina yang beragama Islam. Namun Allah mempunyai rencana lain dengan kedatangan para pekerja itu.

Kedatangan ke Arab Saudi ternyata membuka peluang bagi mereka untuk melihat Islam langsung dari tanah tempat agama ini diturunkan. Seperti yang dikatakan seorang pekerja yang telah menjadi Mualaf. Pekerja yang telah mengganti namanya menjadi Hamza (42) ini mengaku tertarik pada Islam setelah melihat Ka’bah untuk kali pertama di televisi Saudi. ”Ini menggetarkan saya. Saya menyaksikan siaran langsung sholat dari Masjidil Haram dan umat Islam yang sedang berjalan memutari Ka’bah (tawaf),” katanya.

”Saya bertanya ke teman yang Muslim tentang semua hal ini. Dia kemudian mengantarkan saya ke Kantor Bimbingan Asing yang ada di perusahaan, di mana saya memiliki kesempatan untuk belajar tentang berbagai aspek mengenai Islam,” tuturnya. Kini Hamza merasa lebih bahagia dan lebih santai setelah menjadi seorang Muslim.

Pekerja lainnya, Ibrahim (51), mengalami peristiwa yang hampir serupa pada September tahun lalu. Dia yang bekerja di bagian pemeliharaan perusahaan negara, Kereta Api Cina, menjadi seorang Muslim usai melihat Ka’bah. ”Meskipun kami berada di Cina, kami tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang Islam. Ketika saya mencapai Mekah, saya sangat terkesan oleh perilaku banyak warganya. Perlakuan yang sama bagi orang Muslim dan non-Muslim memiliki dampak besar pada saya,” tambahnya.

Sementara, Abdullah Al-Baligh (51), terinspirasi untuk memeluk Islam setelah melihat perubahan positif dari rekan-rekannya yang lebih dulu menjadi mualaf. ”Enam bulan setelah saya tiba di Makkah, saya melihat bahwa rekan saya, yang sudah menjadi Muslim, telah benar-benar berubah. Tingkah lakunya patut dicontoh. Saya menyadari bahwa Islam adalah kekuatan penuntun di balik perubahan tersebut,” ujarnya.

”Ketika saya bertanya padanya, ia mengatakan bahwa ia sama sekali tak tahu tentang agama ini selama di Cina. Sekarang, ia memiliki pemahaman yang tepat tentang Islam dan ingin menjadi lebih teladan.”

Begitu pula dengan Younus. Pekerja asal Cina ini baru mempelajari Islam ketika berada di Makkah. ”Islam di Cina begitu kurang. Aku baru mengetahui Islam setelah datang ke Saudi,” ujarnya. (Budi Raharjo/Arab News/RoL)