Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW
bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua
orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu
negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi
bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang
tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain
yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa
batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala
orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan
menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar
batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa
meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula.
Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu
tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia
melakukan hal yang serupa seperti semula.
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.
Maka
mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka
mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di
sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi.
Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang
terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya.
Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang
sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan
pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut
sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya,
dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu
seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”
Maka
mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka
mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan
bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya
penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun
melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam
keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh
mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api
meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka
pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Akhirnya
mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi
sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai
tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya
telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali.
Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar
dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang
berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali.
Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai
kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali
ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Maka
mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka
mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya
orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat
api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.
“Apa ini?!” tanya Rasulullah
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.